REVIEW BUKU KEN ANGROK
SANG BRAHMAPUTRA
Gambar milik pribadi
SINOPSIS
:
Pada
akhir abad ke-12, saat kecamuk antara Janggala dan Panjalu memuncak, lahir
seorang anak dari wanita sudra cantik di Pangkur, Tumapel. Anak itu bernama
Angrok,, leluhur kerajaan Singhasari dan Majapahit. Sejak dalam kandungan,
kehadiran nya telah memakan korban. Gajahpara sang ayah tiri mati terbunuh.
Semakin diyakinilah bahwa Angrok adalah Lembu
Peteng. Sosok berdarah ksatria beribu sudra, tanpa diketahui khalayak siapa
rama kstarianya.
Ketika
lahir, Anggrok memiliki toh di perut,
ciri yang juga sama dimiliki sang mendiang ayah tiri. Tak ingin ditumpas oleh
sang rama, Ni Endhog sang biyang,
membuang Angrok di pekuburan anak Kabalon. Jabang bayi itu kemudian ditemukan
oleh Ki Lembong, seorang pencuri yang kebetulan sedang beraksi di kebuyutan
yang menjadi pusat kerajinan emas tersebut. Di tanan pencuri kemudian beralih
profesi menjadi petani inilah Angrok dirawat, dibesarkan, dilatih kanuragan,
dan sekaligus dirahasiakan jati dirinya. S
Menginjak
dewasa, Angrok berkelana tak menentu. Dia bertamu dan berguru tanpa sengaja
kepada sejumlah tokoh dan seorang resi, dalam pengelanaan itulah keterampilan
ksatrianya terasah, jiwa kepemimpinan nya ditempa, dan tujuan hidupnya
ber-arah.
Judul : Ken Angrok 1 ( Sang Brahmaputra )
Penulis : Damar
Shashangka
Penerbit :
Qantara
Tahun Terbit : 2019
Tebal : 598 Halaman
No ISBN : 978-623-9043-643
Harga : Rp. 145.000 ( Harga P.Jawa )
Suatu ketika di malam Sabtu
Kliwon pada tahun 1162 Masehi, situasi Kotaraja Daha sedang mengalami wabah
penyakit yang menyebar pada kota itu. Sekelompok
orang sedang melakukan upacara caru,
yakni upacara pengorbanan dengan menumpahkan darah demi menghentikan wabah
penyakit yang terjadi di Kotaraja Daha. Seorang pemuda yang dengan sukarela,
bersedia menjadikan nyawa dan darah dirinya dijadikan korban agar masyarakat
Kotaraja Daha tidak lagi terjangkit wabah penyakit yang mengerikan. Masyarakat
percaya bahwa dengan mengkorbankan darah segar, dapat menghentikan wabah
penyakit yang berasal dari makhluk-makhluk alam ghaib agar keseimbangan di
masyarakat tercipta kembali. Darah segar tersebut bisa didapati dari hewan
maupun manusia yang dikorbankan demi caru!
Pemuda yang rela jadi caru tersebut akhirnya ditumpas. Upacara
caru ini dilakukan bukan oleh
orang-orang biasa, melainkan oleh para Mpu yang memahami pelaksanan caru tersebut. Pemuda itu amat rela
dirinya dijadikan korban, sebelum dirinya ditumpas, dirinya memohon restu
kepada para Mpu agar dirinya bisa terlahir kembali menjadi manusia dan ketika
dirinya dilahirkan kembali menjadi manusia di masa depan, dirinya berharap bisa
memperbaiki segala perbuatan buruk di masa sekarang. Saat pemuda itu tewas, di
langit sana terbentuk wajah Hyaning Lawang ( pintu ghaib ) terbuka, seolah
merestui kematian pemuda itu!.
Kisah di atas adalah prolog
dari kisah Ken Angrok ini, sedikit agak seram juga ketika membaca prolog ini,
tapi sejujurnya dari sini kita tahu bahwa kehidupan masa lalu sungguh sangat
kental dengan kepercayaan mistis nya. Namun, terbesit rasa penasaran juga jika
pemuda itu dilahirkan kembali menjadi manusia, jadi siapakah dia?
Kita lanjut .....
Suatu ketika, di Tegal Lalateng
ada seorang wanita cantik yang baru bersuami, tidak lama kemudian dirinya disukai
oleh seorang pria berwarna Ksatria. Oh iya, dari kisah Ken Angrok ini saya jadi
tahu bahwa ketika di zaman dahulu, kehidupan sosial masyarakat kita
berkasta-kasta,lho. Di mulai dari
Kasta Brahmana sebagai kasta tertinggi, Kasta Ksatria, Kasta Waisya, dan Kasta
Sudra sebagai kasta terendah. Wanita cantik yang bernama Ni Wadana itu
berkastra sudra, namun dirinya beruntung di cintai oleh pria berkasta Ksatria
untuk dijadikan selir. Ni Wadana diminta oleh sang Ksatria untuk menemani
dirinya pada tempat rahasia mereka berdua, hingga akhirnya benih cinta tertanam
di rahim Ni Wadana. Sang Ksatria meminta dirinya tinggal di Kedhaton dan
bersedia menjadi selir nya. Namun, Ni Wadana enggan, dirinya masih mengasihi
suaminya.
Bagian ini, menurut saya pasti banyak
orang beranggapan, perbuatan Ni Wadana adalah dosa besar, Kenapa? Sebab apa yang dilakukan si Ksatria
dan Ni Wadana itu sesuatu yang keliru karena selingkuh dari suami ( menurut
pandangan di zaman sekarang ini ), namun, di zaman dahulu hal tersebut sudah
lazim dilakukan, jika seorang Ksatria mengingini wanita dari kasta manapun
walaupun sudah bersuami maka itu sah.
Pada akhirnya, Ni Wadana
benar-benar mengandung benih dari Ksatria itu. Sang Ksatria itu menitipkan pesan kepada Ni Wadana agar
merahasiakan dirinya yang bekasta Ksatria dari Kedhaton Daha. Lalu, Ni Wadana
akhirnya berpisah dengan suami nya, Gajahpara. Gajahpara yang murka, rasa murka
nya tidak bisa terbendung ( ini wajar ya, suami mana yang rela istrinya
selingkuh dengan pria lain hehehe...) akhirnya Gajahpara tewas di tangan
mata-mata yang sudah beberapa hari menguntit Gajahpara dan Ni Wadana.
Waktu terus berlalu hingga
akhirnya Ni Wadana melahirkan bayi laki-laki yang tampan. Kelahiran nya
disertai dengan gempa bumi. Kebahagiaan menghiasi Ni Wadana, namun kebahagiaan
itu tidak berlangsung lama. Dirinya mengetahui si bayi memiliki tanda lahir
berupa toh ( tahi lalat ) di perut,
tanda lahir ini serupa dengan mendiang suami Ni Wadana, Gajahpara. Mereka
kalangkabut ketakutan ketahuan oleh warga bahwa bayi mereka memiliki tanda yang
serupa dengan Gajahpara. Mengapa mereka takut? Ini karena warga sudah kadung
mengetahui bahwa bayi ini adalah bayi seorang Ksatria.
Dari sini saya juga dapat
pengetahuan, bahwa ketika zaman dahulu wanita-wanita Sudra akan bangga bila
mereka hamil oleh seorang Ksatria. Mungkin mereka beranggapan kalau memiliki
anak keturunan bangsawan maka derajat mereka akan naik kali ya?
Akhirnya, Ni Wadana, Ibu nya
dan saudara laki-lakinya sepakat untuk membuang bayi itu karena takut warga
mengira itu anak Gajahpara, padahal nyatanya bukan. Bayi itu di buang ke sebuah
pemakaman anak kecil oleh saudara laki-laki dan ibu nya Ni Wadana. Tidak berapa
lama kemudian bayi itu di temukan oleh gerombolan perampok yang baru saja
merampok emas milik juragan kaya. Tidak diduga Ki Lembong sang ketua rampok
melihat bayi mungil yang sedang menangis tetapi memancarkan sinar ditubuhnya,
tidak hanya Ki Lembong saja anggota nya yang lain pun melihat bayi itu
memancarkan cahaya aneh, mereka melihat dengan mata kepala nya sendiri!
Kehidupan Ki Lembong berubah
drastis semenjak mengangkat bayi itu, dia meninggalkan kehirupan rampok nya dan
menjadi petani. Bayi itu bernama Angrok. Tak lama kemudian Ni Wadana mengetahui
keberadaan Angrok di tangan Ki Lembong. Lantas Ni Wadana menitipkan sepenuhnya
pada Ki Lembong.
Hari silih berganti, Angrok
tumbuh menjadi remaja yang gagah, tampan namun nakal. Ia gemar berjudi. Dari
perjudian nya itu menyeret Angrok pada kehidupan lain. Dirinya berkelana hingga
akhirnya di temukan oleh seorang Ksatria mata-mata yang bernama Tita. Dari Tita
lah dirinya banyak belajar tentang menjadi Ksatria, tata krama dan lain
sebagainya.
Di sisi lain pasukan Kerajaan
Daha dan Janggala bertempur, pertempuran amat sengit. Daha yang menginginkan Jenggala
tetap di bawah kekuasaan Daha, namun Jenggala bersikukuh tidak ingin berada di
bawah kekuasaan Daha, malah menginginkan Daha lah yang berada di kekuasaan
Jenggala. Daha yang berada dalam tampuk kekuasaan Prabu Sri Kertajaya,
sedangkan Jenggala oleh Prabu Sri Kamesywara.
Keduanya merupakan kakak beradik! Namun harus bertempur sengit demi
tahta!. Pada bab pertempuran ini, penulis menyajikan secara rinci sekali terkait
seluk beluk pertempuran. Dari adegan pertempuran biasa hingga adegan memuncak, semuanya
ditulis rinci oleh sang penulis.
Pada akhirnya Jenggala kalah,
dan Prabu Sri Kamesywara tewas ditangan seorang Ksatria Daha yang akhirnya
diberi jabatan menjadi akuwu di Tumapel. Dialah Tunggul Ametung!. Di sisi lain,
Tita yang mendidik Angrok memiliki keyakinan kuat bahwa Angrok dapat
diandalkan, ternyata kebaikan Tita ada maunya, dirinya ingin memajukan Angrok
untuk mengalahkan Tumapel, dirinya ingin merebut tahta Tumapel!!
Tapi, justru suratan takdir
Angrok berada dalam lingkaran monopoli Tita!! Pada akhirnya Angrok mengerti
tujuan Tita dan dirinya mendukung sepenuh nya Tita, dirinya juga pada akhirnya
terjerat rasa penasaran untuk mencari ayah kandung nya, perjalanan Angrok Sang Brahmaputra akhirnya dimulai!
Ken Angrok merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Singhasari yang melegenda, dari Ken Angrok lah lahir pula Majapahit.
Oh
iya, disini juga menceritakan kisah Ken Dhedhes juga loh, tapi sedikit sekali,
mungkin kisah Ken Dhedhes akan di ceritakan di jilid 2 nya. Anda tahu Ken Dhedhes? Itu tuhh yang
ituuuuuu.....hehee....
Penasaran sama Ken Angrok seri
ke-2 apakah kisah Ken Angrok di versi kedua ini sama dengan kisah Ken Angrok pada sejarah umum? uwuuu penasaraann :D
Gambar milik pribadi
Kekurangan:
Apa ya kekurangan buku ini? Seperti nya nyaris
tidak ada hehe... bukan bermaksud memuji si penulis tapi memang si penulis
menyajikan nya dengan oke banget. Mungkin di bahasa kali yah, banyak banget
bahasa purba yang syusaahh di hafal hehe... tapi justru dari bahasa purba itu
saya jadi tahu banyak istilah-istilah kuno, bahkan saya sering terinspirasi
dari kata purba tersebut. Hmmm..... mungkin kekurangan nya adalah, menurut saya
pasti ada sebagian orang yang membaca novel Ken Angrok ini akan bertanya-tanya “penulis
nya dapat sumber dari mana?”, nah seperti nya ada pemikiran seperti itu dari
para pembaca :D
Kelebihan
:
Dari kisah ini kita dapat banyak belajar sejarah bertabur tata sosial, spiritual, sedikit ada adegan dewasa nya, tapi percayalah tidak senyeleneh, justru banyak mengandung pelajaran. Jujur, banyak hal yang saya baru ketahui yang tidak ada di pelajaran umum sejarah. Saya tidak akan menilai dari segi fisik buku ini, karena sudah oke menurut saya. Saya rekomendasikan novel sejarah ini bagi siapa saja yang tertarik pada sejarah, semua kalangan bisa menikmati sajian novel ini. Seru pokoknya kisah Ken Angrok ini 😙😙
Komentar
Posting Komentar